Tahapan atau Kala dalam Persalinan
1) Kala I
Kala I adalah kala
pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h.38), Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b) Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
- Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Manuaba (2010; h. 184), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah:
- Memperhatikan kesabaran parturien.
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
- Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1 jam.
- Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
- Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin, pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin).
- Parturien tidak diperkenankan mengejan.
2) Kala II
Persalinan kala dua
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi
(JNPK-KR Depkes RI, 2008; h. 77).
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Yeyeh, 2009 b; h.6).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 77), tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
- Perineum menonjol.
- Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
- Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua
ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks
telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus
vagina.
3) Kala III
Kala III dimulai segera
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut JNPK-KR Depkes
RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau
semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
Menurut JNPK-KR Depkes
RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah
kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Keuntungan manajemen
katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi
jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga
langkah utama dalam manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan
tali pusat terkendali, measase fundus uteri
4) Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut Manuaba (2010;
h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang harus dilakukan adalah:
- Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
- Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi, perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
- Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai pemberian ASI.
- Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.
- Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya
Komentar
Posting Komentar